Semua deadline ada didepan mata. Dan hampir saja dia sukses membuat semuanya jadi berantakan. Bukan masalah kejujuran. Tapi inisiatif mengambil tindakan. Tidak peka, aku sudah mengingatkan dia, tapi dia tidak mendengarnya sama sekali.
Setiap tindakan yang dia buat, akan sangat berarti untuk perempuan itu. Ikhlas, mungkin tidak akan pernah perempuan itu rasakan sampai ia bias mendapatkan cintanya kembali. Agar bisa dekat kembali, perempuan itu memberi tahunya bahwa tidak ada tempat yang nyaman untuk menumpahkan seluruh cerita selain padanya. Aku berfikir itu hanya alasan, mungkin terlalu jahat aku berfikir seperti itu tapi aku perempuan yang sama mengertinya. Tempat yang nyaman, jika ia sampai memberikannya, sama saja dengan memberikan setengah genggaman tempat untuk perempuan itu. Dan waktu yang akan memberikan setengah genggamannya lagi hingga utuh.
Dia melihat itu hanya perbuatan baik biasa, sedangkan dimata perempuan itu perbuatan baik itu luar biasa. Dan satu lagi, bahwa perempuan itu adalah mantan kekasihnya yang dulu sangat ia sayangi.
Ketika kita mengharapkan seseorang, dan orang itu merespon walau hanya dengan menoleh sekali saja, maka harapan itu ada.
Dan masalahku masih sama dengan yang dulu, takut akan kehilangan dan krisis kepercayaan.
00:25, Asrama Al-Maqrizy
Rabu, 4 agustus 2010
No comments:
Post a Comment